Berapa Biaya yang Diperlukan untuk Exchange di Spanyol? Sebuah Laporan kepada Publik

Dari berapa banyak butuhnya sampai habis untuk apa saja.

Surya Negara
4 min readDec 29, 2021

Penafian: sejujurnya saya tidak sepenuhnya tahu apakah detail nominal uang sekolah yang kita terima dari negara (dalam hal ini Kemdikbud dan LPDP) serta catatan pengeluarannya boleh untuk dibuka secara publik. Dalam membagikan catatan dan riset singkat ini, saya berpegang pada beberapa dokumen keuangan yang saya tanda tangani, yang semuanya tidak mengandung klausul kerahasiaan.

Jika ternyata ‘Laporan Publik’ ini menyalahi aturan, mohon diingatkan 🥲.

Mengapa membuat laporan kepada publik?

Saya terinspirasi dari Berapa Gaji Yoel? oleh Yoel Sumitro yang membuat transparansi gajinya selama menjadi Individual Contributor di bidang UX. Tujuan Yoel adalah untuk memberikan referensi kepada pekerja di bidang UX lainnya untuk menegosiasikan gaji. Sementara melalui laporan kepada publik ini, saya ingin membuat transparansi mengenai bagaimana sejumlah uang negara dibelanjakan. Harapannya, hal ini kemudian bisa menjadi salah satu referensi untuk justifikasi terhadap efektivitas program yang saya ikuti.

Dasar lainnya adalah, saya cukup resah atas sebuah diskusi di Twitter beberapa waktu lalu yang menilai Beasiswa Indonesia Maju yang membiayai lulusan SMA terpilih untuk kuliah di universitas ternama luar negeri termasuk Ivy League adalah kesia-siaan. Program tersebut dinilai sebagai pemborosan anggaran negara, manfaatnya kecil juga hanya dinikmati segelintrir orang, dan jika bicara soal upaya memajukan pendidikan di Indonesia, ada cara lain yang lebih efisien namun berdampak lebih luas.

Mungkin tidak apple–to–apple untuk membandingkan Beasiswa Indonesia Maju dengan program yang saya ikuti. Namun tetap saja, saya takut program ini berpotensi menjadi sebuah kesia-siaan. Dan sebagai upaya kecil mengurangi rasa bersalahnya: saya sajikan sebuah laporan kepada publik sebagai bahan justifikasi.

Berapa Biaya yang Dibutuhkan?

Biaya Program

Mungkin saya perlu membuat tulisan terpisah mengenai aktivitas apa saja yang kami jalani selama exchange di Granada. Tapi secara umum, sebagai mahasiswa pertukaran pelajar, awardee IISMA mengikuti kuliah selama satu term dengan mengambil beberapa mata kuliah pilihan dan aktivitas yang berhubungan budaya lokal.

Nah, tiap Host University punya ketentuan masing-masing soal program yang bisa diikuti. Di kasus University of Granada (UGR), aktivitas exchange itu ditangani oleh departemen Study Abroad dari Pusat Bahasa Modern a.k.a Centro De Lenguas Modernas (CLM). CLM sendiri sudah memiliki beberapa macam paket aktivitas buat mahasiswa exchange. Paket yang kami ambil adalah Spanish Language and Culture Course (CLCE) Autumn 2021 dengan durasi 13 pekan.

Selain kuliah di dalam kelas, program CLCE itu juga meliputi 2 Sport Activities, 4 Visits (Termasuk Alhambra), dan 4 Field Trips ke kota-kota di sekitar Granada.

Berapa biayanya? €5.792 termasuk asuransi kesehatan yang diperlukan untuk syarat pengajuan visa.

Nah ada satu hal yang masih ambigu. Di web resmi CLM, biaya tersebut sudah termasuk akomodasi berupa tempat tinggal dan makan tiga kali sehari. Padahal, gue masih harus membayar biaya akomodasi sebesar 3 ✕ €750 = €2.250 sendiri secara langsung (dengan living allowance).

Jadi gue nggak tau apakah biaya program yang dibayarkan IISMA ke CLM itu utuh 5 ribu sekian euro atau sudah dikurangi biaya akomodasi yang kami bayarkan sendiri. Dalam laporan ini, gue berasumsi IISMA membayar utuh.

Visa, PCR, dan Tiket Pesawat

Beberapa negara di Eropa tidak menerima pengajuan visa secara langsung ke kedutaan. Mereka menunjuk agen resmi untuk pengumpulan dokumen dan perekaman data biometrik. Jadi, ada 2 biaya yang berbeda: fee jasa agen dan tarif pengajuan visa. IISMA hanya mengganti tarif pengajuan visa sebesar Rp1.350.000.

Untuk PCR keperluan perjalanan, IISMA memberikan kuota hingga 5 kali tes. yang mana hanya saya pakai dua kali: di Indonesia sebelum berangkat dan di Granada sebelum pulang. Masing-masing biayanya: Rp750.000 dan €85

Sementara untuk tiket pesawat, karena LPDP memiliki agen perjalanan rekanan dan kami berangkat–dan–pulang dalam rombongan, saya yakin ada harga diskon. Namun jika mengambil rata-rata dari website resmi Qatar Airways, tiket return trip penerbangan Jakarta—Granada adalah sekitar Rp22.338.700

Jadi, total biaya dari uraian di atas adalah

  • €5,792 + €2,250 + €85= €8.127
  • Rp22.338.700 + Rp750.000 + Rp1.350.000 = Rp24.438.700

Berapa Biaya yang Diterima?

Secara umum, kami menerima dana melalui 3 bentuk: Dibayarkan kepada rekanan (eg. tuition fee, tiket pesawat), reimburs (eg. PCR Test, Visa), dan fresh money (eg. living allowance, settlement allowance).

  1. Living Allowance: 3 ✕ €1,150 = €3.450
  2. Settlement Allowance: €1.150

Bagaimana Biaya Terpakai

Nah ini bagian serunya. Jadi, total dana yang saya terima secara langsung adalah €3.450 + €1.150 = €4.600 dengan pengeluaran sebagai berikut:

Secara ringkas, 57% secara otomatis digunakan untuk akomodasi berupa tempat tinggal dan makan tiga kali sehari. Rincian lengkap bagaimana €3.928,93 itu dibelanjakan bisa dilihat di dokumen ini. Silakan lakukan audit dan saya berani jamin tidak ada pengeluaran aneh-aneh 😅. Bahkan dalam konteks seorang muslim, tidak ada barang atau layanan haram.

Mengapa IISMA ≠ Beasiswa Indonesia Maju

Karena IISMA ini adalah pertukaran pelajar dengan komitmen singkat (3–6 bulan), maka biaya yang dikeluarkan untuk satu orang awarde relatif (atau bahkan jauh lebih) murah dibandingkan dengan Beasiswa Indonesia Maju. Sekali lagi, mungkin tidak apple–to–apple membandingkan keduanya karena masing-masing dijalankan dengan tujuan yang berbeda. Namun, itu berarti IISMA bisa dinikmati oleh jauh lebih banyak orang. Bukan segelintir saja.

Akhirul–kalam, program ini bukan soal uang. Ada banyak pelajaran, pengalaman, memori, cita-cita, inspirasi dan semangat untuk berkontribusi pada negeri yang terlahirkan. Mari kita do’akan agar para awardee–nya mampu memberi kontribusi–balik yang layak kepada Indonesia: negara dan bangsanya. 😳🇮🇩

--

--